Senin, 01 Desember 2008

Napak Tilas Perjalanan Nabi Isa di Negeri Fir’aun


Sebagai seorang Muslimah kita dituntut untuk percaya kepada semua Rasul Allah dan tidak membeda-bedakan di antaranya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah: 285. Nah! mumpung kita sedang berada di Mesir, dan nabi Isa pernah ke Mesir, tidak ada salahnya bila kita mengunjungi tempat-tempat yang pernah disinggahinya. Di samping untuk menambah keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, kita juga bisa mendapatkan beberapa pelajaran yang berharga.
Nabi Isa lahir di Palestina, namun setelah berusia 2 tahun, raja Romawi, Herodus baru menyadari kebenaran cerita para Majusi yang pernah datang ke negaranya 2 tahun sebelumnya, untuk mencari bayi yang lahir saat itu. Dalam kitab yang mereka baca, para Majusi mendapatkan berita bahwa bayi yang lahir ketika letak bintang di posisi tertentu, maka ia akan merajai dunia.
Saat itu, walau Herodus sempat khawatir akan kekuasaannya, namun ia lebih percaya kepada para ahli nujumnya yang belum mengisyaratkan akan kejadian tersebut. Tapi di sisi lain ia pun tidak mau melewatkan kesempatan mendapatkan jasa gratis, maka ia pun berpesan kepada para Majusi untuk melaporkan kepadanya apabila sang bayi sudah ditemukan, karena ia tidak mau ketinggalan menjadi orang pertama yang bersujud kepada bayi ajaib tersebut. Namun tentu saja itu hanyalah akal bulus, sebaliknya ia tidak akan segan untuk membunuh sang bayi yang kelak menyingkirkannya dari kekuasaan.
Pencarian para Majusi berbuah hasil, mereka menemukan bayi Isa. Malamnya mereka bermimpi bertemu malaikat yang melarang melaporkan penemuan mereka kepada Herodus. Akirnya mereka meninggalkan Palestina tanpa kembali ke Herodus.
Dua tahun kemudian, barulah tukang nujum Herodus mendapatkan petunjuk bahwa dua tahun lalu telah lahir bayi yang akan menguasai dunia. Herodus segera mengirim bala tentaranya untuk membunuh semua anak laki-laki yang berusia 2 tahun.
Cerita ini mirip sekali dengan cerita nabi Musa ketika akan dibunuh Fir’aun. Bedanya dalam kasus nabi Musa, Allah memberi wahyu kepada sang ibu untuk meletakkannya di keranjang, yang pada akhirnya diambil oleh Asiyah, istri Fir’aun. (Lihat QS. Thaha: 38-39) Luar biasa sekali kan ibu-ibu kekuasaan Allah?! Fir’aun yang ingin sekali membunuh nabi Musa, tanpa disadari malah menjadi bapak angkatnya? Dalam kasus nabi Isa, Allah memerintahkan kepada Maryam ditemani oleh Yusuf an-Najjar (Menurut versi injil: Yusuf an-Najjar adalah tunangan siti Maryam, namun menurut versi Islam Yusuf an-Najjar adalah kerabat siti Maryam) untuk membawa lari nabi Isa. Proses pelarian inilah yang menyebabkan siti Maryam dan Nabi Isa sampai ke Mesir melalui Rafah (perbatasan Palestina-Mesir).
Banyak sekali tempat-tempat di Mesir yang disinggahi oleh sayyidah Maryam dan nabi Isa. Menurut sejarawan nabi Isa berada di Mesir selama 4 tahun. Pada usia 6 tahun nabi Isa dibawa kembali ke Palestina berdasarkan perintah Allah. Saat itu Herodus telah meninggal dan digantikan oleh anaknya.
Pada hari Selasa, 29 Mei 2007, saya bersama-sama dengan rombongan pengajian Al Muttaqin berkesempatan melihat dua tempat yang disinggahi oleh keluarga suci ini, dengan guide ustadz Aep. Tempat yang pertama terletak di daerah Mathariyyah (dinamai Mathariyyah, karena di kawasan tersebut, ada sebuah mesjid milik syeikh al Mathrawi, ia adalah seorang ‘alim dan sholeh). Di tempat inilah kita bisa menyaksikan pohon Maryam (syajarah Maryam). Konon pohon ini hanya ada satu di dunia. Sampai saat ini pohon Maryam sudah memasuki generasi yang ke-3. Kami masih bisa menyaksikan pohon yang dulu menaungi nabi Isa, dalam kondisi sudah kering. Di sampingnya ada pohon generasi ke-2 yang juga sudah mati. Sementara yang masih berdiri kokoh dengan daun yang lumayan rindang, dan buah yang lumayan banyak adalah generasi ke-3. Namun, kabarnya buah pohon ini hanya diperuntukkan Allah bagi nabi Isa dan siti Maryam saja, buktinya buah pohon itu sekarang tidak bisa dikonsumsi.
Uniknya, di setiap persinggahan nabi Isa, Allah selalu membuatkan mata air. Di sinipun kita masih bisa mendapati mata air tersebut, Namun sudah direnovasi sedemikian rupa agar nampak indah dan asri. Di sebelah pohon Maryam tadi, ada kolam kecil dari batu yang digunakan siti Maryam memandikan nabi Isa. Untuk saat ini, posisi asli ditempati oleh kolam buatan, sementara kolam yang asli di simpan dalam sebuah ruangan. Di kawasan pohon Maryam ini, ada dua ruangan yang dapat kita kunjungi. Ruangan pertama berisi lukisan besar yang mendeskripsikan siti Maryam, nabi Isa dan Yusuf an Najjar ketika berteduh di bawah pohon Maryam. Sementara di ruangan yang lain, terdapat rute yang dilewati keluarga suci selama di Mesir, dan sebagian photo tempat-tempat tersebut. Di ruangan ini juga terdapat kolam mandi nabi Isa yang asli.
Tempat persinggahan yang ke dua yang kami kunjung adalah gereja Abu Sargah. Yup! Hari ini kami memasuki gereja, tapi bukan untuk mengikuti acara kebaktian. Dalam gereja ini, di bawah tanah, nabi Isa dan sayyidah Maryam plus Yusuf An Najjar, pernah bersembunyi. Sayangnya kita tidak bisa turun ke bawah, mungkin untuk menjaga keselamatan para pengunjung, karena yang kami lihat, tangga turunnya agak sempit, sementara pengunjungnya lumayan ramai. Mungkin ibu-ibu ada yang bertanya-tanya, kenapa nabi Isa dan keluarga harus bersembunyi, Herodus kan raja yang berkuasa di Palestina bukan di Mesir? Saat itu Mesir juga dikuasai oleh Romawi, jadi otomatis banyak kenalan Herodus di Mesir yang siap membantunya untuk mencari nabi Isa. Oleh karenanya Sayyidah Maryam dan keluarga harus tetap bersembunyi walau sudah berada di luar wilayah kekuasaan Herodus.
Luar biasa kan ibu-ibu, pengorbanan sayyidah Maryam? Dimulai dari hamil tanpa suami, Al Qur’an menceritakan bagaimana ia dicemooh oleh kaumnya karena hamil di luar nikah (QS. Maryam: 27-28). Kemudian ia pun harus mengembara untuk menyelamatkan sang bayi dari kejaran Herodus. Sejatinya, kisah ini mengingatkan kita untuk mensyukuri nikmat Allah bagi kita, kaum ibu, bisa mengandung dan membesarkan putra putri kita dalam keadaan aman dan damai. Yang tak kalah pentingnya dari kisah ini adalah betapa do’a seorang ibu begitu maqbul di sisi Allah, karena do’a ibulah yang mengantarkan sayyidah Maryam menjadi wanita pilihan Allah di antara wanita sejagat. (QS. Ali ‘Imron 35-37). Jadi, ibu-ibu jangan sungkan meminta kepada Allah yang terbaik untuk putra-putrinya.
Selain ke dua tempat tadi, ustadz Aep juga mengajak kita untuk sekali mendayung, dua, tiga pulau terlewati. Karena dekat lokasi pohon Maryam ada makam cucunya cucu Rasulullah dengan nama lengkap Ibrahim bin Zaed bin Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Tholib. Seperti sama-sama kita ketahui bahwa Ali bin Abi Thalib adalah suami Fatimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW.
Tidak ada salahnya kan jika kita ziarah ke kuburnya. Bukan untuk meminta yag bukan-bukan apalagi minta nomer buntut? Tapi untuk meneladani sifat beliau di masa hidupnya. Kisah meninggalnya Ibrahim ini sama mengenaskan dengan kisah meninggalnya Husein, kakeknya. Yup! Keduanya sama-sama dipancung, dan kepalanya sama-sama dikuburkan di Mesir. Namun bedanya jika Imam Husein dipancung di Karbala, Ibrahim dipancung di Madinah. Setelah dipancung tubuhnya dibakar, sementara kepalanya digantung di pintu mesjid Nabawi. Bagaimana bisa kepalanya sekarang berada di Mesir? Konon orang Mesir saat itu mencurinya diam-diam, untuk kemudian dikuburkan di tempatnya sekarang.
Ibrahim adalah seorang yang ‘alim dan sholeh. Di antara keistimewaannya adalah sifat dermanya, karenanya ia dikenal dengan julukan Ibrahim el-Jawwad (Ibrahim yang sangat penderma). Bayangkan saja, saat itu beliau mengkafil 100 anak yatim. Mudah-mudahan saja dengan menziarahi kuburan cucu Rasulullah ini kita termotivasi untuk mengikuti jejaknya, amin. Bukankah kakeknya, Rasulullah SAW. Pernah bersabda: “Aku dan orang yang mengkafil anak yatim, kelak di hari kiamat akan berdekatan seperti ini.” (sambil merapatkan jari manis dan jari telunjuknya).
Dalam perjalanan menuju gereja Abu Sargah, ustadz Aep mengajak kita mampir ke masjid Sulthan Qaithbay yang diabadikan pemerintah Mesir dalam uang satu pound. Sulthan Qaithbay adalah salah satu sulthan periode Mamalik yang terkenal (setelah sulthan Hasan). Keindahan arstitektur mesjid sulthan Qaithbay ini sudah bisa kita nikmati dari bentuk luar bangunan, dan akan lebih jelas terlihat ketika kita memasukinya. Namun sayang masjid seindah itu tidak terawat dengan baik. Di sebuah ruangan dalam mesjid ada dua kuburan, yang pertama adalah kuburan sulthan Qaithbay dan yang kedua adalah kuburan putranya. Di ruangan tersebut juga ada sebuah telapak kaki yang konon milik Rasulullah.
Pukul 14.00 kami sudah mulai meluncur dari gereja abu sargah kembali ke rumah masing-masing dengan membawa banyak pengetahuan dan pelajaran baru. Terimakasih ustadz Aep, terimakasih juga buat bu Sukma yang telah mengijinkan saya dan putri saya, Nisa, untuk nimbrung di rihlan Muttaqin yang mengesankan. Juga apresiasi saya buat semua anggota Muttaqin yang mampu menciptakan suasana ceria selama perjalanan walau teriknya matahari. Jazakumullah khaeral jaza…


H10, dinihari, 30 Mei ’07

Napak Tilas Keemasan Islam di Eropa







Bagi setiap Muslim menapakkan kaki di Andalusia merupakan angan tersendiri, bagaimanapun Andalusia merupakan saksi sejarah bahwa Islam pernah jaya di Eropa. Alhamdulillah DWP KBRI Cairo selama 4 hari (28-31 Oktober 2006) berkesempatan mengunjungi Spanyol yang sarat dengan sejarah.
Tour kali ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi antara pengurus DWP KBRI Cairo, dan untuk menyegarkan kembali kinerja pengurus setelah kurang lebih 2 tahun beraktifitas serta rencana kepulangan Ibu Diana Murni Muzammil, Ibu Hendah Yuhastihar dan Ibu Yeni Sumardi karena berakhirnya masa tugas suami di KBRI Cairo
Dalam suasana Ramadhan yang mempersingkat jam kerja travel, Ibu Sukma A. Salim selaku P.O berusa keras untuk mensukseskan tour kali ini, mulai dari mencari travel yang cocok dan melakukan contact dengan KBRI Madrid. Atas usaha keras dan tentu saja do’a 31 orang peserta tour akhirnya pada tanggal 28 Oktober 2006, pukul 03.40 waktu setempat DWP KBRI Cairo disambut hangat oleh DWP KBRI Madrid di airport Baranjas. Rombongan langsung meluncur ke hotel Praga untuk beristirahat.
Pukul 09.00 Rombongan telah berkumpul di loby hotel, walaupun tidak ada agenda dari pihak travel, dengan penuh antusias rombongan menumpang bis publik nomer 23 menuju Plaza Mayor. Tempat accesoris dan souvenir Madrid lengkap dijajakan oleh ratusan toko.
Pukul 15.30 dengan dipandu oleh guide dari travel, rombongan mengikuti panaromic city tour. Plaza de Espana, de Oriente, Puerta del Sol, Atocha, Neptuno, Cibeles, Puerta de Alcala, Colon and Plaza de Castilla, the Historic quarters of Austrias, the Borbouns and Salamanca, the famous del Oeste, Casa de Campo and Retiro Parks, dan the university campus hanya bisa dinikmati rombongan melalui kaca bis. Namun rasa kecewa sedikit terobati ketika di stadiun Santiago Bernabeu rombongan diberi kesempatan untuk berpose dan berbelanja aksesoris Real Madrid. Demikian halnya di Plaza Torro, walau tidak berkesempatan untuk menyaksikan sang matador beraksi (pertunjukan hanya dilakukan pada musim panas sementara pada musim dingin digunakan untuk sirkus), rombongan bisa puas berpose. Tempat terakhir yang dikunjungi adalah Royal Palace.
Malamnya, walau sudah seharian penuh menjelajahi kota Madrid, rombongan masih tetap antusias untuk menyaksikan para penari flamenco (tarian khas Spanyol) beraksi, hentakan kaki para penari yang penuh semangat sempat mengagetkan ibu-ibu yang sudah mulai mengantuk.
Minggu, 29 Oktober 2006, pukul 08.30 rombongan meninggalkan Madrid menuju Cordoba. Perjalanan 5 jam Madrid-Cordoba digunakan oleh sebagian rombongan untuk beristirahat. Tiba di Cordoba, rombongan dibawa ke hotel Sol Gallos untuk makan siang. Dari sana langsung menuju ke kawasan Cordoba. Dengan dipandu Maria -tour guide- rombongan menyusuri cordoba. Perasaan sedih dan haru tak ayal memenuhi hati para peserta tour demi menyaksikan tanda kejayaan Islam tinggal kenangan. Mesjid Cordoba yang besar dan kokoh itu kini telah menjadi sebuah gereja. Sebagian besar bangunan masih kental sekali nuansa keislamannya, apalagi mihrab yang dipenuhi oleh kaligrafi masih tetap dipertahankan.
Pukul 19.30 Rombongan tiba di Sevilla dan mendapat kehormatan diundang makan malam oleh Bapak Muzammil Basyuni, KUAI KBRI Cairo. Dalam kesempatan ini dilakukan acara ceremonial perpisahan yang dipandu oleh Ibu Yuli I. Maulana. Ibu Sukma A. Salim sebagai P.O memberikan sambutan, disusul sambutan perpisahan yang disampaikan oleh Ibu Yeni Sumardi, Ibu Hendah Yuhastihar dan Ibu Diana Murni Muzammil. Bapak Muzammil berkenan memberikan sepatah dua patah kata di penghujung acara. Tempat makan open air tidak menghalangi peserta tour untuk memeriahkan acara malam itu, beberapa ibu menyumbangkan beberapa lagu, tak ketinggalan pak Yanto (staf local fungsi penerangan KBRI Madrid) yang bertugas mendampingi rombongan selama di Spanyol turut menyumbangkan sebuah tembang. Acara berakhir pukul 13.00 dilanjutkan dengan berjalan santai menyusuri Sevilla kembali ke hotel.
Senin, 30 Oktober 2006, pukul 09.30 Rombongan check out dari hotel untuk melakukan panaromic city tour di Sevilla dengan dipandu Ana, tour guide travel. Rombongan diajak berkeliling melihat kedutaan Argentin, Canada, Maroko, Brazil, Guetamala dengan bentuk bangunan yang khas dan unik sesuai dengan negara masing-masing. Menyusuri sungai Gudalquivir dan jembatan Triana. Arena adu banteng dan Universitas Sevilla pun tak lupa dikenalkan kepada rombongan. Di Plaza de Espana, rombongan diberi waktu 15 menit untuk berpose. Selanjutnya rombongan turun di Parque Maria Luisa berjalan kaki menuju Jewish Quarter yang lokasinya berdekatan dengan La Giralda. Di depan rumah sakit de los Venerables –dulunya merupakan rumah sakit terbaik untuk pendeta- rombongan diberi waktu 25 menit untuk berbelanja souvenir khas seville yang serba keramik. Terakhir rombongan dibawa ke kathredal Giralda yang bergaya gothic dan merupakan katredal terbesar ketiga di dunia. Kathedral ini dibangun di tempat berdirinya mesjid Seville. Sayangnya rombongan tidak berkesempatan ke benteng Alcazar yang terkenal keindahannya karena harus sudah kembali menuju Madrid.
Pukul 19.00 Rombongan tiba di Madrid, beberapa pengurus beserta Bapak Muzammil Basyuni menuju wisma duta memenuhi undangan dubes KBRI Madrid, sementara yang lain kembali menyusuri plaza mayor, namun ada juga yang hanya puas beristirahat di hotel.
Selasa, 31 Oktober 2006, pukul 09.00 Rombongan menuju sold (bersebelahan dengan plaza Mayor) dengan menumpang trem. Waktu yang sangat singkat dipergunakan rombongan dengan sebaik-baiknya untuk membeli buah tangan berupa souvenir serta barang-barang lain.
Pukul 15.00 Rombongan tiba di airport Baranjas. Di detik-detik terakhir keberadaan rombongan di Madrid terjadilah kejutan yang tidak terduga. Beberapa rombongan tidak mendapatkan seat menuju Cairo. Setelah negoisasi yang cukup alot dari 9 orang yang mestinya tertinggal berhasil diloloskan 4 orang. Artinya masih ada 5 orang yang belum bisa dipastikan kapan bisa kembali ke Cairo. Yang mengharukan dengan lapang dada bapak Muzammil beserta ibu –yang tidak termasuk daftar waiting list- mau bertukar posisi dengan yang lain. Demikian pula ibu Sukma selaku P.O menukar posisi putrinya yang tidak termasuk daftar waiting list dengan yang lain.
Pukul 17.30 Iberia 6974 dengan membawa rombongan DWP Cairo minus lima orang take off menuju Cairo dengan diwarnai suasana haru. Pukul 21.00 rombongan Bapak Muzammil berhasil mendapatkan seat, walau harus berputar ke Maroko. Rabu, 1 Nopember 2006 Pukul 00.25 Rombongan pertama sampai di Cairo dengan selamat. Sementara rombongan ke dua menyusul pada pukul 06.00. Demikianlah pengalaman kami di Spanyol, walau pulang dengan pesawat yang berbeda namun dengan memanjat do'a yang sama "Semoga Allah mengizinkan sinar tauhid memancar kembali di Eropa". Amin.